Jakarta – Saat ini, fakultas kedokteran makin menjamur di Indonesia dan mengalami peningkatan terutama di Jakarta. Hal ini menjadi pertanyaan besar terutama terkait dengan kualitas calon dokter, apakah telah terstandarisasi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
“Soal kualitas dokter, karena mereka ada akreditasi juga. Artinya kelihatan ada grade A, B, C jadi kita harus memastikan. Kalau A kan pasti bagus, kalau C kan kita belum tahu. Makanya saya titip ke Dikti bahwa kita harus patient safety,” ujar Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek, saat dijumpai pada Dies Natalies Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Gedung IMERI, Jakarta Pusat, Kamis (28/2/2019).
Hasil akreditasi tahun 2018 oleh LAMPT-Kes menunjukkan 23 persen dari 86 total fakultas kedokteran di Indonesia masih menyandang akreditasi C. Banyaknya fakultas kedokteran juga menjadikan dokter menumpuk hanya di beberapa titik yang menjadikan distribusi daerah tidak merata.
“Kita harus ukur jumlah yang kita perlukan berapa. Kalau berlebihan kan juga numpuk, ada hitungannya. Di puskesmas beberapa daerah ternyata masih ada yang kurang dan nakesnya belum cukup. Nah ke mana orang-orang ini,” tambahnya.
Saat ini, distribusi dokter di Indonesia memang belum cukup merata. Untuk di Jakarta, dokter spesialis penyakit dalam berkisar 800 orang sementara di Maluku dan Papua kurang dari 10 orang.